Desa senon merupakan desa yang berada di bagian Selatan dari Kecamatan Kemangkon. Wilayah ini berbatas langsungdengan Desa Pegandekan danDesa Karang Kemiri di sebelah Utara, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bokol dan Desa Sumilir, lalu di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pelumutan, dan berbatasan dengan Desa Majatengah pada sebelah Timurnya. Dahulu wilayahini di pimpinoleh seorang Demang (sekarang menjadi Kepala Desa), namanya Demang Jenggol. Setelah meninggal, beliau digantikan oleh Mangun Marta Dimeja.
Berdirinya desa ini tidak diketahui secara jelas pada tahun berapa, karena pada waktu itu tidak diketahui siapa orang yang pertama kali berada di wilayah ini. Kata Senon sendiri berasal dari kata seneng (senang). Untuk mempermudah dalam pengucapan maka diganti menjadi Senon. Menurut cerita jaman dahulu setiap ada orang yang datang ke wilayah ini, mereka merasa nyaman dan senang. Karena merasa senang sehingga mereka merasa betah berada di wilayah ini yang lama kelamaan terbentuklah sebuah permukiman yang diberinma Desa Senon. Desa ini terdiri dari 4 wilayah (Dusun), nama dusun diwilayah ini antara lain ada Dusun Senon, Dusun Kedungori, DusunPringgading, dan Dusun Banyumudal.
Masing-masing penamaan dusun ini memiliki cerita yang berbeda. Penamaan dusun itu sendiri dari sesuatu yang berada di wilayah tersebut. Dinamakan Dusun Senon karena awalnya banyak masyarakat yang tinggal di daerah ini dan keberadaan mereka disini selalu merasa senang dan nyaman, dari situlah terbentuk wilayah dusun yang dinamakan Dusun Senon.Lalu dusun selanjutnya yaitu Dusun Kedungori. Diberinama kedungori karena di daerah ini merupakan wilayah sumber air (kedung) yang dikelilingi pohon Bambu Ori. Keberadaan Bambu Ori itu sendiri yang dulunya banyak sampai sekarang sudah jarang ditemukan karena lahannya sudah dijadikanpermukiman warga. Setelah Dusun Kedungori lalu adalagi Dusun Pringgading. Asalmula dinamakan Dusun Pringgading karena di wilayah ini dahulu banyak terdapat pohon Pring (bambu) Gading. Pohon bambu ini masih banyak dijumpai di daerah ini. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika menanam pohon Pringgading di halaman rumah maka bisa dijadikan sebagai tolak bala yang akan membuat rumah menjadi aman dan tentram karena ada yang melindungi yaitu pohon Pringgading tersebut.
Selanjutnya, dusun yang terakhir di wilayah ini yaitu Dusun Banyumudal. Penamaan Banyumudal itu sendiri karena dahulu di wilayah ini terdapat sumbermata air yang airnya medal-medal (mancurkeatas) yang tidak diketahui asalnya dari mana, yang sampaisaat ini air tersebut tidak pernah kering. Di sumbermata air ini ada empat pancuran yang keberadaannya diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai air ajaib. Kenapa dikatakan ajaib, karena dari keempat pancuran itu ada satu pancuran yang sering dipakai oleh masyarakat sekitar untuk mensucikan diri dan meminta sesuatu. Contohnya di setiap malam Jumat Kliwon (penanggalan Jawa) dipakai oleh masyarakat yang masih mempunyai kepercayaan untuk mandi guna meminta awet muda. Ada juga masyarakat yang meyakini jika memcuci muka dengan air pancuran tersebur dengan berdoa apa yang diminta maka mereka percaya kalau permintaan itu akan terkabul. Sumber mata air tersebut sekarang diberinama Sendang Kreo.
Desa Senon juga masih mempercayaai adanya pepali (larangan/pantangan) yang dari jaman dahulu sampai sekarang. Tetapi ada juga masyarakat yang sudah tidak lagi meyakini adanya pepali. Dahulu wilayah ini masih ikut wilayah Kadipaten Wirasaba sehingga ada larangan yang berkaitan dengan Kadipaten Wirasaba yang juga masih dipercaya oleh masyarakat Senon. Kadipaten Wirasaba dengan Kadipaten Toyareka pada saat itu saling berselisih, dari perselisihan itu sehingga munculah larangan bahwa warga Senon dilarang untuk menikahkan keturunannya dengan warga Toyareka. Semakin majunya perkembangan jaman sehingga semakin lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap larangan tersebut. Karena ada yang pernah mencoba menikahkan keturunannya dengan warga toyareka dan setelah menikah tidak terjadi musibah apapun pada keluarga tersebut. Sehingga, dari kejadian tersebut larangan sudah tidak lagi dipakai oleh masyarakat setempat. Lalu ada lagi larangan tidak boleh membangun rumah tusuk sate. Maksudnya rumah yang berada di ujung jalan yang bersimpang tiga. Karena jika membangun rumah di lokasi yang seperti itu akan menimbulkan bencana.
Selain ada larangan, di wilayah ini juga ada beberapa Makam dan petilasan peninggalan orang-orang yang berjasa di Desa Senon ini. Makam dan petilasan tersebut ada yang terawat ada yang dibiarkan begitu saja. Beberapa makam dan petilasan yang berasa di Desa Senon yaitu ada Makam K.H. Abu Jamroh, yang masih sering dipakai untuk berziarah; Petilasan Nurul Buat, petilasan ini sudah tidak terawat; Petilasan Mbah Kepadangan yang beradi di dekat SendangKreo; Petilasan Mbah Drawu; Petilasan istri Mbah Jenggol yaitu Nyai Kertanagara.